Bupati Lingga Dukung Upaya Pelestarian Tempat Wisata
Ihand.id / ADV -Pemerintah Kabupaten Lingga terus membangun dan berupaya meningkatkan kepariwisataan di Bumi Bunda Tanah Melayu, serta ingin menjadikan wisata sebagai Sejarah dan Religi.
Rencana membangun pariwisata yang sedikit berbeda, dan dinilainya hanya Lingga yang punya potensi tersebut bahkan langsung disampaikan ke Staf Ahli Menteri Bidang Reformasi Birokrasi dan Regulasi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Ari Juliano Gema, Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Bumi Putra Nusantara Indonesia (ASPRINDO), H. Jose Rizal, MBA, serta Sekretaris Jendral, Ir. Irwansyah, MBA yang hadir di Kabupaten Lingga pada Festival Batu Berdaun Beach yang diselenggarakan oleh RG Peduli Wilayah Kepri berkerjasama dengan pemerintah daerah, di Pantai Batu Berdaun, beberapa waktu lalu.
Bupati Lingga Muhammad Nizar berharap, agenda kegiatan pariwisata di Kabupaten Lingga baik itu Tamadun Melayu Antar Bangsa, yang pernah digelar pemkab Lingga pada 2017 silam, dan Festival Batu Berdaun Beach, mendapat perhatian dari Kemenparekraf, atau memungkinkan masuk pada kalender pariwisata nasional.
“Kalau untuk kegiatan-kegiatan sangat sering dilakukan disini (Batu Berdaun). Namun untuk festival baru pertama kali, dan mudah-mudahan dari sini bisa menjadi masukan dan menjadi salah satu perhatian kemenparekraf, semisal masuk dalam kalender pariwisata,” kata dia.
Pemerintah daerah justru saat ini sangat serius dalam upaya membangun pariwisata di Kabupaten Lingga, bahkan terus mendorong adanya terobosan-terobosan terkait pariwisata seperti kegiatan yang terlaksana di Batu Berdaun, atas bentuk kepedulian dari pemuda-pemuda, baik dari RG Peduli Kepri dan pemuda secara umumnya, serta pemerintahan dan masyarakat dalam usaha mengeliatkan pariwisata di Kabupaten Lingga.
Karena memang visi kedepan, Kabupaten Lingga harus menjadi daerah pariwisata yang populer, salah satunya menegakkan wisata sejarah, budaya dan religi sebagai tapak sejarah melayu.
Sebagaimana catatan sejarah membuktikan, akar kebudayaan melayu bermula disini. Dan bahkan telah diakui oleh 6 negera serumpun sebagai Bunda Tanah Melayu tahun 1990-an.
Sejak 1787, Kesultanan Lingga – Riau bertamadun di Daik, sebagai pusat pemerintahan selama 113 tahun. Baru pada tahun 1900 berpindah ke Pulau Penyengat dan akhirnya dihapus oleh Belanda pada 1913.
“Usaha kami dalam pengembangan wisata yang tidak ada di kabupaten lain di Kepri. Kalau pantai pengembangan wisata bahari, mungkin sudah ketinggalan selangkah,” ujarnya
“Ada wisata sejarah dan religi yang begitu sarat, dari peninggalan Kesultanan Riau lingga selama 113 tahun yang pusat pemerintahannya berada di Lingga dan itu wisata yang tidak ada di kabupaten lain di Kepri,” tambahnya.
Lingga menurutnya merupakan negeri para sultan, selain Daik sebagai Bunda Tanah Melayu. Ada beberapa makam Sultan yang bersemayam di Pulau Lingga termasuk pahlawan Nasional Sultan Mahmud Riwayat Syah III, yang namanya kini dipakai pemerintah Kota Batam, sebagai nama salah satu masjid agung disana.
“Jujur, kami juga sempat berkecil hati, kehadiran pak menteri beberapa waktu lalu di Pulau Penyengat, dan atas pengakuan pulau penyengat. Namun yang nyatanya induk kebudayaan melayu itu berada di Kabupaten Lingga, dan telah diakui sebagai Bunda Tanah Melayu,” jelas dia dihadapan tamu dari kementerian.
Oleh karena itu, dia berharap staff ahli yang hadir bisa menyampaikan keinginannya yang ini mengundang Menteri Sadiaga Uno, agar dapat hadir di Kabupaten Lingga pada puncak peringatan HUT Kabupaten Lingga yang ke 19 pada Oktober mendatang.
Sekaligus ingin memantapkan Tamadun Melayu Antar Bangsa menjadi bagian pariwisata nasional, sebagaimana yang pernah disampaikan ke Menparekraf, Sandiaga Uno beberapa waktu lalu saat diri masih berstatus Plt Bupati.