Ihand.id – Eccedentesiast adalah istilah dalam psikologi yang diperuntukkan bagi seseorang yang menyembunyikan rasa sakit dan kesedihan melalui sebuah senyuman. Padahal sebenarnya, di dalam hatinya mereka menangis atau bahkan berteriak.
Senyuman nggak selamanya menandakan kebahagiaan dalam hidup seseorang. Terkadang, di balik senyuman tersimpan luka yang mendalam. Pernyataan tersebut nampaknya berlaku bagi seorang eccedentesiast.
Eccedentesiast bukanlah merupakan suatu kondisi medis, melainkan hanya sebuah istilah. Ada beberapa alasan mengapa seseorang memilih untuk menyembunyikan kesedihan di balik sebuah senyuman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Misalnya saja, dia nggak suka ketika orang lain mengetahui perasaan yang dirasakan sebenarnya atau dia nggak mau orang lain ikut-ikutan sedih.
Untuk alasan tersebut, akhirnya beberapa orang memilih untuk ‘pura-pura’ bahagia melalui senyuman, sehingga orang-orang berpikir bahwa dalam kehidupannya nggak terjadi apa-apa.
Hampir mirip dengan eccedentesiast, dalam dunia medis juga terdapat kondisi yang dikenal sebagai smiling depression, yakni ketika seseorang merasa depresi atau cemas namun memilih untuk bersikap bahagia.
Singkatnya, mereka juga memilih untuk bersembunyi di balik senyuman untuk membuat orang lain yakin bahwa mereka bahagia.
Tanda-tanda dari Eccedentesiast
Eccedentesiast memiliki beberapa tanda yang bisa diperhatikan, beberapa di antaranya seperti berikut ini.
1. Tanda dari eccedentesiast adalah tampak ‘bahagia’ dari luar
Seorang eccedentesiast selalu ceria, riang, dan tampak bahagia dari luar. Sehingga, hal ini membuat orang lain berpikir seolah-olah kamu nggak memiliki masalah atau beban dalam kehidupan.
Namun sebaliknya, perasaan yang sebenarnya dirasakan adalah rasa sedih, sakit hati, atau bahkan depresi.
Kamu memilih untuk menyembunyikannya, sehingga perasaan tersebut hanya dirasakan oleh dirimu sendiri. Sebab pada dasarnya, kamu akan merasa bahwa jika orang lain tahu ini hanya akan membuatmu tambah sedih atau ditakutkan nantinya akan merepotkan orang lain.
2. Melakukan segala sesuatunya sendiri
Eccedentesiast bukan hanya bisa menyebabkan seseorang terlihat bahagia dari luar saja, tapi ini juga dapat memengaruhi kepribadian mereka.
Seorang eccedentesiast cenderung bersikap tertutup dan menutup diri. Kembali lagi, alasannya mereka nggak mau orang lain larut dalam kesedihan yang sebenarnya mereka rasakan. Hingga mereka memilih untuk nggak meminta bantuan orang lain.
Selain nggak mau merepotkan orang lain, ada alasan lain yang juga membuat seorang eccedentesiast memilih untuk nggak meminta bantuan dari orang lain, yakni mungkin saja mereka bingung bagaimana caranya.
Singkatnya, mereka sebenarnya mau meminta bantuan, tapi nggak tahu apa yang harus dilakukan.
Sebagai contoh, mereka cenderung memecahkan suatu masalah berdasarkan pemikiran atau jalan mereka sendiri tanpa adanya keterlibatan orang lain. Hal inilah yang juga menjadi alasan mengapa mereka terlihat lebih mandiri.
3. “Nggak apa-apa, aku baik-baik aja, kok”
Tanda dari eccedentesiast lainnya adalah kamu merasa seolah-olah semuanya baik-baik saja. Hal ini dilakukan agar nggak ada orang lain yang tahu.
Berusaha untuk baik-baik saja, namun sebenarnya ada kesedihan mendalam yang dirasakan memang sulit untuk dilakukan. Namun, seorang eccedentesiast bisa melakukannya. Dalam arti mereka tebiasa dan cenderung ‘membohongi’ diri mereka sendiri.
4. Melakukan apa yang mereka sukai
Setiap orang memiliki masalahnya masing-masing. Cara menghadapi masalah pun tentunya akan berbeda-beda pada tiap orang. Melakukan apa yang disukai bukan berarti bahwa mereka lari dari masalah, melainkan mereka berusaha tetap tegar sambil menikmati hidup.
Halaman : 1 2 Selanjutnya