Ia menyiratkan bahwa setiap helai anyaman pada Tudung Manto membawa narasi sejarah dan kearifan lokal yang tidak boleh terputus.
Komitmen Dekranasda di bawah kepemimpinannya adalah menciptakan ekosistem yang memberdayakan pengrajin. Ia berharap, melalui pembinaan yang intensif, para pengrajin tidak hanya menjadi lebih terampil dalam teknik dasar, tetapi juga menjadi inovator yang berani bereksperimen dengan motif, warna, dan aplikasi produk.
“Kita menginginkan para pengrajin semakin terampil, inovatif, dan yang terpenting, mampu menghasilkan produk bernilai jual tinggi serta berdaya saing,” tambahnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Daya saing ini tidak hanya berbicara soal harga, tetapi juga tentang keunikan, kualitas pengerjaan, dan konsistensi mutu yang membuat Tudung Manto mampu bersanding dengan produk kerajinan unggulan dari daerah lain.
Diskusi mendalam melibatkan analisis pasar, pemetaan tren warna dan desain, serta identifikasi tantangan terbesar yang dihadapi pengrajin, seperti kesulitan dalam mengakses bahan baku berkualitas tinggi dan tantangan pemasaran di era digital.
Dekranasda dan Disperindagkop UKM berkomitmen untuk menjembatani kesulitan-kesulitan ini, termasuk memfasilitasi akses permodalan dan pelatihan pemasaran digital.
Sinergi Pentahelix untuk Penguatan Ekosistem
Kehadiran sejumlah pejabat dan pakar pada kegiatan ini menunjukkan adanya sinergi yang kuat antara pemerintah daerah, lembaga pendukung, dan para pelaku seni.
Kepala Disperindagkop UKM Kabupaten Lingga, yang juga menjabat sebagai Ketua Harian Dekranasda, Febrizal Taupik, turut hadir beserta jajaran bidang terkait. Kehadiran beliau menegaskan bahwa pembinaan ini merupakan prioritas yang terintegrasi antara kebijakan budaya dan kebijakan ekonomi kerakyatan.
Febrizal Taupik, memainkan peran penting dalam menerjemahkan visi Dekranasda ke dalam program kerja teknis Disperindagkop UKM.
Bidang Koperasi dan UKM, yang dipimpin oleh Susi Yenty, juga hadir untuk memastikan bahwa aspek legalitas usaha, pembentukan koperasi, dan akses terhadap pembiayaan bagi para pengrajin dapat terwujud secara optimal.
Susi Yenty menekankan pentingnya legalisasi usaha mikro para pengrajin agar mereka dapat mengakses program bantuan pemerintah dan pasar yang lebih luas.
Namun, bintang utama dalam sesi teknis pembinaan adalah Djamisah, sang instruktur pengrajin yang dihormati. Sebagai praktisi senior, Djamisah A.R. membawa kekayaan pengalaman dan kearifan tradisional.
Ia secara langsung memberikan pelatihan teknis, mulai dari teknik anyaman yang lebih halus dan rapi, hingga kiat-kiat untuk mencapai konsistensi warna yang tahan lama dan alami.
Para pengrajin Tudung Manto, sebagai ujung tombak pelestarian warisan ini, juga memenuhi ruangan. Mereka tidak hanya berperan sebagai peserta, tetapi juga sebagai pemilik pengetahuan tradisional yang berhak menyampaikan tantangan dan kebutuhan mereka di lapangan.
Dialog yang terjadi sangat interaktif, memungkinkan transfer ilmu dua arah dari pakar ke pengrajin, dan umpan balik yang konstruktif dari pengrajin kepada pembuat kebijakan.
Fokus Pembinaan: Dari Mutu Bahan ke Kemasan Premium
Pembinaan Kualitas Mutu Pengrajin Tudung Manto ini memuat beberapa modul pelatihan kunci. Pertama dan terpenting adalah modul Standarisasi Bahan Baku.
Pengrajin diberikan pemahaman mendalam tentang kualitas serat, proses penyiapan bahan, dan identifikasi serat yang paling ideal untuk menghasilkan Tudung Manto premium. Kualitas bahan baku menjadi penentu utama daya tahan dan estetika produk akhir.
Modul kedua berfokus pada Teknik Anyaman Tingkat Lanjut dan Konsistensi. Instruksi diberikan untuk meminimalkan cacat produksi, menciptakan kerapian anyaman yang seragam, dan memastikan ukuran serta bentuk Tudung Manto memenuhi standar yang ketat. Konsistensi mutu menjadi prasyarat untuk masuk ke pasar modern dan ritel kelas atas.
Modul ketiga menyentuh aspek Inovasi Desain dan Adaptasi Pasar. Pengrajin diajak berdiskusi tentang bagaimana mengadaptasi motif-motif tradisional ke dalam produk-produk yang lebih kontemporer, seperti tas, dompet, atau hiasan interior, tanpa menghilangkan ciri khas Tudung Manto. Inovasi ini penting untuk memperluas segmen pasar dan meningkatkan volume penjualan.
Terakhir, modul Branding dan Kemasan Premium diajarkan. Tudung Manto yang berkualitas tinggi harus didukung oleh narasi branding yang kuat dan kemasan yang profesional.
Kemasan yang baik tidak hanya melindungi produk tetapi juga meningkatkan persepsi nilai di mata konsumen. Pengrajin diajari cara mengemas produk mereka agar tampil elegan dan siap bersaing di etalase toko suvenir premium.
Dengan komitmen yang diperlihatkan oleh Dekranasda, TP PKK, Disperindagkop UKM, dan semangat para pengrajin, Tudung Manto Lingga kini tidak hanya berupaya bertahan, tetapi tengah bersiap untuk melompat tinggi ke pasar yang lebih luas.
Kegiatan pembinaan ini telah menaburkan benih harapan baru, sebuah masa depan di mana Tudung Manto tidak hanya menjadi kebanggaan Lingga, tetapi juga dikenal dan dihargai sebagai karya seni kerajinan tangan kelas dunia.
Penulis : Ivantri Gustianda
Halaman : 1 2
















