Tradisi ini menjadi simbol kebersamaan dan syiar Islam yang diwariskan turun-temurun.
“Kami ingin melestarikan kembali tradisi ini, karena memiliki nilai positif yang mendalam, seperti mempererat silaturahmi, meningkatkan kebersamaan, gotong royong, serta berbagi rezeki dengan sesama, termasuk membagikan makanan dan kue bagi mereka yang bekerja,” jelas Raja Roni.
Selain sebagai bentuk pelestarian budaya, gerbang lampu colok ini juga diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat dari luar Kelurahan Sungai Lumpur untuk datang dan menyaksikan keindahan serta kekhasan gerbang yang telah dibangun dengan penuh semangat gotong royong.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami yakin bahwa tradisi ini harus dipertahankan. Selain memperkuat persatuan masyarakat, juga menjadi sarana edukasi bagi generasi muda tentang pentingnya menjaga budaya lokal,” tambahnya.
Swadaya dan Kebersamaan Jadi Kunci Keberhasilan
Pembangunan gerbang ini dilakukan secara swadaya, dengan semangat kegotongroyongan antara pemuda dan masyarakat Kelurahan Sungai Lumpur.
Proses pengerjaan masih terus berlangsung, dan diharapkan dapat selesai tepat waktu sebelum malam tujuh likur tiba.
“Kami berharap semangat kebersamaan ini tetap terjaga hingga pembangunan selesai. Kepada pemuda dan masyarakat, saya berpesan agar terus menjaga silaturahmi dan semangat membangun kampung kita tercinta,” tutup Raja Roni.
Dengan semangat yang tinggi dan dukungan penuh dari masyarakat, pembangunan Gerbang Tujuh Likur dengan lampu colok ini diharapkan menjadi ikon kebersamaan dan pelestarian tradisi di Kelurahan Sungai Lumpur, sekaligus mempererat nilai-nilai sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Penulis : Cahyo Aji
Halaman : 1 2