Makna Puisi ‘Tangisan Yuyun Kepada Ibu‘ Karya Denny JA - ihand.id | Informasi Harian Andalan Indonesia    

Makna Puisi ‘Tangisan Yuyun Kepada Ibu‘ Karya Denny JA

 Makna Puisi ‘Tangisan Yuyun Kepada Ibu‘ Karya Denny JA

Oleh : Ita Purnama Salenggam Lubis, Mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Tangisan Yuyun Kepada Ibu

Ibu, sempat terdengarkah suaraku?
Kupanggil berkali-kali namamu
Saat belasan orang memperkosaku
yang ingin kulihat hanya wajahmu

“Ibu, tolong aku..”
“Ibuuuuuuu, ibuuuuuuu….”
Kuteriakkan lagi dan lagi
Saat aku takut
Saat aku sakit
Saat aku menjerit
Saat aku menangis sejadi-jadinya

Bulan ditusuk samurai
Melati putih disiram lumpur
Ranting muda patah
Tak kuasa dideru angin

Siang itu
2 April hari sabtu
Dari sekolah kubawa bendera
Tugasku mencucinya di rumah
Untuk hari senin upacara

Tiada istimewa
Kulewati kebun karet biasa
aku pulang sendiri
berjalan kaki
Seperti saban hari

Sambil berjalan selalu
Kubayangkan cita-citaku
menjadi guru
14 tahun sudah usiaku
Kuingin sekali membuatmu bangga ibu

Di dahan pohon itu
Kulihat seekor burung berkicau selalu
Tak pernah kulihat sebelumnya
Kicauannya kudengar tiada pernah

Aku terdiam berhenti
Menyimaknya dengan teliti
Entah mengapa
Hatiku tiba tiba hampa
Seperti luka
Yang menganga

Aku terus saja berjalan
Kujumpa remaja bergerombol belasan
Kukenali yang ini dan itu
Mereka kakak kelasku

Tapi aku mulai was-was
Karena mereka bau minum keras
Mata mereka ganas
Menjelma menjadi harimau buas

Tapi ibu
Cepat sekali mereka menerkamku
Dengan paksa ingin menciumku
Astaga, mereka merobek bajuku

Aku takut, ibu
Kupanggil namamu
Aku melawan sebisaku
Sekuat tenagaku
Aku meronta
Aku berteriak
Aku menangis keras

Tapi mereka lebih kuat, ibu
Mereka pukul kepalaku
keras sekali dengan kayu
Mereka ikat tanganku
Mereka cekik leherku

Aku mereka bawa paksa
Menjauh ke semak-semak sana
Tempat itu sepi sekali
Tambah membuatku ngeri

Astaga ibuuuuu..
Mereka memperkosaku
Belasan mereka bergiliran
Lagi dan lagi bergantian
Ampuuuunnnn…
Aku menangis
Aku terjang
Melawan yang aku bisa
Berkali- kali ibu
Kupanggil namamu
Hingga tiada lagi rasa
Tiada suara
Tiada warna
Tiada apa

Bunga segar jatuh ke tanah
Tak berdaya dan punah

Ibu, tak kuduga aku mati muda
kini aku di alam berbeda
Kulihat jazadku merana
Mereka tutupi dengan daun
Seolah tanaman yang rimbun

Burung yang aku lihat di kebun karet itu
Kulihat lagi di alamku yang baru
Ia terus berkicau
Kini bisa kulihat suaranya
Di hati banyak orang bergema
Membangunkan nurani sebuah negeri

Kulihat para sahabat di banyak tempat
Menyalakan lilin untukku
Agar tiada lagi kekerasan
Bagi perempuan
Bagi bocah ingusan

Ibu, burung itu berbisik teduh
Ia berkata padaku
Jangan lagi aku bersedih
Kematianku tidak sia-sia
para pejuang di seluruh negeri
Menjadikan deritaku
Sebagai derita mereka

Aku menangis ibu
Terharu
Kukatakan pada burung itu
Jangan lagi ada seperti aku

Jakarta, Mei 2016

Sosok Yuyun adalah sosok yang fenomenal, kejadian yang menimpanya membuat kasus kekerasan seksual gencar. Denny JA menciptakan Puisi ini sebagai bentuk untuk penghapusan kekerasan seksual di Indonesia terlebih pada Anak dan Wanita.

Baca Juga:  Simbol Cinta Kasih dalam Puisi `Anai-anai` Karya Ramon Damora

“Ibu, tolong aku..”
“Ibuuuuuuu, ibuuuuuuu….”
Kuteriakkan lagi dan lagi
Saat aku takut
Saat aku sakit
Saat aku menjerit
Saat aku menangis sejadi-jadinya

Bulan ditusuk samurai
Melati putih disiram lumpur
Ranting muda patah
Tak kuasa dideru angin

Melihat kondisi Yuyun yang tidak berdaya, anak berusia 14 tahun yang sudah kehilangan harga dirinya, dianiaya oleh 14 abg yang tidak bertanggung jawab dan tidak berprikemanusiaan. Melihat kondisi gejolak kasus kekerasan yang di derita oleh Yuyun sempat membuat semuanyaa gempar. Yuyun merintih kesakitan dan pasrah dengan keadaan yang tidak memungkin untuk Yuyun dapat.

“Aku takut, ibu”
Kupanggil namamu
Aku melawan sebisaku
Sekuat tenagaku
Aku meronta
Aku berteriak
Aku menangis keras

Tapi mereka lebih kuat, ibu
Mereka pukul kepalaku
keras sekali dengan kayu
Mereka ikat tanganku
Mereka cekik leherku

Aku mereka bawa paksa
Menjauh ke semak-semak sana
Tempat itu sepi sekali
Tambah membuatku ngeri

Yuyun dengan keras menahan semua nafsu lelaki ituu, dengan rasa takut Yuyun meminta tolong dan berusa untuk memberontak. Tapi sayang mereka terlalu kuat untuk bisa mengunci Yuyun.

Penggalan puisi ini sempat membuat aku meneteskan air mata, hanya sang ibu yang dapat diucapkan oleh Yuyun untuk meminta pertolongan.

Astaga ibuuuuu..
Mereka memperkosaku
Belasan mereka bergiliran
Lagi dan lagi bergantian
Ampuuuunnnn…
Aku menangis
Aku terjang
Melawan yang aku bisa
Berkali- kali ibu
Kupanggil namamu
Hingga tiada lagi rasa
Tiada suara
Tiada warna
Tiada apa

Pada bagian puisi ini menjelaskan kekerasan seksual yang dilakukan oleh anak abg tersebut mengakibatkan banyak sekali hal-hal yang fatal. Bukan hanya fisik bahkan mental. Dan mengakibat kematian.

Kulihat para sahabat di banyak tempat
Menyalakan lilin untukku
Agar tiada lagi kekerasan
Bagi perempuan
Bagi bocah ingusan

Ibu, burung itu berbisik teduh
Ia berkata padaku
Jangan lagi aku bersedih
Kematianku tidak sia-sia
para pejuang di seluruh negeri
Menjadikan deritaku
Sebagai derita mereka

Aku menangis ibu
Terharu
Kukatakan pada burung itu
Jangan lagi ada seperti aku

Pasrah adalah pilihan terakhir Untuk Yuyun, pada bagian ini menjelaskan banyak sekali yang harus kita pelajari.

Baca Juga:  Kupas Cerpen ’Bianglala di Langit Natuna’ Karya B.M. Syamsuddin

Penggalan puisi tersebut menyerukan kepada Gerakan Wanita bukan hanya Wanita bahkan semua orang untuk berpartisipasi dalam satu pergerakan revolusi yang dapat membebaskan mereka dari penindasan biologis atau sudah terkait dengan perjanjian tentang Hak Anak dan Wanita.

Indonesia sangat membutuhkan orang-orang baik yang perlu menyadari banyak sekali kasus-kasus kekeserasan seksual.

Puisi Karya Denny JA ini memiliki makna yang sangat luar biasa, bagi mereka yang mengerti bahkan bisa merasakan betapa sakit dan terlukanya Yuyun dan Ibu dalam penggalan-penggalan puisi Denny JA. Saya pribadi sebagai Wanita sangat prihatin dengan kejadian yang menimpa Yuyun.

Penggalan yang disampaikan oleh penulis Puisi untuk kita agar kita dapat menjadi sebuah wadah sekaligus ruang motivasi untuk kita sebagai perempuan untuh lebih berhati-hati lagi dan lebih waspada. Bukan hanya untuk Anak dan perempuan bahkan untuk kita umat manusia untuk tetap saling mengasihi dan tolong menolong untuk menjalin kerukunan dan menjauhkan kita dari Berbagai Jenis Kasus Kekerasan Seksual. *

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *