Ihand.id – Lingga – Di balik sorotan megah Liga Premier Inggris, terselip kisah heroik sebuah klub yang bangkit dari keterpurukan dan kini menjadi simbol semangat serta dedikasi pantang menyerah.
Brighton & Hove Albion, klub yang bermarkas di pantai selatan Inggris, tidak lahir dari tradisi besar sepak bola Inggris seperti Manchester United, Liverpool, atau Arsenal.
Namun, sejarah berdirinya klub ini adalah salah satu kisah paling inspiratif dalam dunia sepak bola modern: kisah tentang jatuh, bangkit, dan meraih kejayaan dari dasar.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Awal Mula: Berdiri di Tengah Tradisi Pantai Selatan
Brighton & Hove Albion Football Club resmi didirikan pada tanggal 24 Juni 1901. Saat itu, kota Brighton telah memiliki beberapa klub lokal, namun banyak yang tidak mampu bertahan karena kurangnya manajemen dan pendanaan yang stabil.
Munculnya Brighton & Hove Albion menjadi jawaban atas kebutuhan akan klub sepak bola profesional yang bisa merepresentasikan kota Brighton dan sekitarnya dalam dunia sepak bola nasional.
Awalnya, klub ini berkompetisi di Southern League. Hanya sembilan tahun setelah berdiri, Brighton & Hove Albion langsung membuat sejarah dengan menjuarai Southern League musim 1909–10.
Tak hanya itu, mereka juga meraih kemenangan gemilang di Charity Shield 1910 setelah menumbangkan Aston Villa, sang juara Football League. Sebuah prestasi luar biasa bagi klub yang relatif baru saat itu.
Perjalanan Panjang di Divisi Bawah
Sepanjang abad ke-20, Brighton lebih sering berkutat di divisi bawah sepak bola Inggris. Walau sempat mencicipi atmosfer kompetisi papan atas, namun kestabilan menjadi isu yang terus menghantui klub.
Puncak kejayaan sempat datang di era akhir 1970-an hingga awal 1980-an. Pada musim 1978–79, Brighton berhasil promosi ke First Division, kasta tertinggi sepak bola Inggris sebelum era Premier League.
Momen paling dikenang sepanjang sejarah Brighton datang pada tahun 1983. Klub ini melangkah ke final Piala FA untuk pertama kalinya, menghadapi Manchester United di Wembley.
Dalam pertandingan yang dramatis, Brighton nyaris mencetak sejarah saat Gary Bailey dari United menepis peluang emas yang terkenal dengan kalimat abadi dari komentator: “And Smith must score…” Hasil akhir 2-2 memaksa laga ulangan, di mana Manchester United akhirnya menang telak 4-0.
Meski kalah, perjalanan itu tetap dikenang sebagai salah satu pencapaian tertinggi Brighton kala itu.
Masa Suram: Tanpa Stadion, Hampir Bangkrut
Setelah kejayaan sesaat, Brighton kembali terjerumus ke dalam kesulitan. Di tahun 1997, klub ini menghadapi salah satu titik nadir dalam sejarahnya.
Terdegradasi ke Divisi Tiga, kehilangan markas mereka—Goldstone Ground—karena dijual untuk menutupi hutang, serta ancaman kebangkrutan yang menghantui dari hari ke hari.
Dalam masa sulit itu, Brighton dipaksa menjadi klub “nomaden.” Mereka sempat harus berbagi stadion dengan Gillingham—yang berjarak lebih dari 100 km dari kota asal mereka—sebelum akhirnya bermain di stadion sementara Withdean, fasilitas sederhana yang semula digunakan untuk atletik.
Penulis : Redaksi
Halaman : 1 2 Selanjutnya