Masyarakat Harus Cerdas Menyikapi Perbedaan
Dalam kesempatan itu, Armanto juga mengimbau agar masyarakat tidak terjebak pada polarisasi politik yang sempit.
Ia menyayangkan jika masih ada anggapan bahwa menjadi oposisi berarti pembangkang, atau sebaliknya, mendukung pemerintah berarti pencitraan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Yang kita perlukan hari ini adalah masyarakat yang dewasa secara politik, yang memahami bahwa perbedaan pandangan adalah bagian dari demokrasi, bukan alasan untuk bermusuhan,” ujarnya.
Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat Lingga untuk melihat bahwa pro pemerintah dan oposisi adalah dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan dalam pembangunan.
Keduanya memiliki legitimasi untuk bersuara, sepanjang dijalankan dengan etika, fakta, dan semangat membangun.
Sinergi dalam Perbedaan, Menuju Lingga yang Lebih Maju
Mengakhiri pernyataannya, Armanto menegaskan bahwa pembangunan Kabupaten Lingga tidak akan berhasil jika hanya mengandalkan satu kelompok.
Diperlukan kolaborasi antara pendukung dan pengkritik, antara pelaksana dan pengawas, antara eksekutif dan masyarakat sipil.
“Jika semua elemen masyarakat, termasuk yang pro dan yang kritis, bisa duduk dalam satu ruang yang sama dengan tujuan memperjuangkan kepentingan daerah, maka saya yakin Lingga akan tumbuh menjadi daerah yang maju, berdaya saing, dan sejahtera,” pungkasnya.
Pernyataan Armanto menjadi pengingat penting bagi masyarakat Kabupaten Lingga bahwa demokrasi sejati bukan hanya tentang siapa yang berkuasa, tetapi juga bagaimana semua suara diberi ruang untuk berkontribusi.
Dalam konteks pembangunan, kritik dan dukungan adalah bahan bakar yang sama pentingnya. Yang membedakan hanyalah niat dan cara menyampaikannya.
Penulis : Cahyo Aji
Halaman : 1 2