Makna Religius di Balik Puisi `Maut` Karya Ibrahim Sattah - ihand.id | Informasi Harian Andalan Indonesia    

Makna Religius di Balik Puisi `Maut` Karya Ibrahim Sattah

 Makna Religius di Balik Puisi `Maut` Karya Ibrahim Sattah

Oleh: Salmiati, Mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Maritim Raja Ali Haji

MAUT

dia diamdiam diamdiam dia dia diamdiam diamdiam dia
diamdiam dia dia diamdiam diamdiam dia
dia diamdiam diamdiam dia
dia diamdiam
diamdiam
maut

Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan.

Salah satu karya sastra adalah puisi. Pada puisi ‘Maut’ yang ditulis oleh Ibrahim Sattah mempunyai makna tersirat tentang maut yang bisa datang kapan saja dan tanpa aba-aba.

Ibrahim Sattah adalah pendobrak puisi modern Indonesia. Dengan karya-karya puisinya yang berangkat dari mantra. Ibrahim Sattah lahir di Tarempa, sebuah kota kecil di kawasan Pulau Tujuh, Laut Cina Selatan, Provinsi Kepulauan Riau tahun 1943 dan meninggal pada usia 43 tahun di Pekanbaru, 19 Januari 1988.

dia diamdiam diamdiam dia dia diamdiam diamdiam dia
diamdiam dia dia diamdiam diamdiam dia
dia diamdiam diamdiam dia
dia diamdiam
diamdiam
maut

Mempunyai makna bahwa maut atau kematian merupakan suatu hal akan dirasakan oleh siapapun tidak peduli kepada siapapun, dimana pun maut datang tanpa isyarat tanpa aba-aba. Kita sebagai manusia hanya bisa mempersiapkan diri sendiri sebaik mungkin, karena mau tidak mau maut pasti akan mendatangi kita satu persatu secara tiba-tiba.

Dari puisi “Maut” karya Ibrahim Sattah seakan-akan mengingatkan kita akan kematian yang merupakan hal pasti datang kepada manusia. Tapi terkadang manusia lupa akan dengan kata kematian yang sebenarnya sudah ada didepan mata cepat atau lambat semuanya akan bertemu dengan yang namanya kematian.

Baca Juga:  Simbol Cinta Kasih dalam Puisi `Anai-anai` Karya Ramon Damora

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *