Namun, tahun ini, Iren memutuskan untuk memberi sentuhan baru.
“Iseng aja karena lucu dan menarik. Tapi tetap dominan bentuk segi empat agar tidak kehilangan makna aslinya,” ujarnya pada ihand.id , Minggu (30/03/2025).
Menurutnya, kreasi ini dibuat untuk menyemarakkan suasana sekaligus menjaga tradisi menganyam ketupat yang tak pernah ia tinggalkan tiap tahun.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Iren mengaku, proses menganyam ketupat burung membutuhkan ketelatenan ekstra. Meski begitu, ia menekankan bahwa nilai utama ketupat tetaplah sebagai hidangan yang dinikmati bersama keluarga.
“Nantinya, ketupat ini akan disantap dengan rendang daging ayam atau sapi, gulai ayam, atau sambal lengkong khas Melayu,” jelasnya.
Tradisi membuat ketupat di Dabo Singkep sendiri telah turun-temurun. Bagi masyarakat setempat, ketupat tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol permohonan maaf dan kebersamaan.
“Sudah jadi tradisi turun-temurun. Meski bentuknya dimodifikasi, esensinya tetap sama: merayakan kemenangan setelah sebulan berpuasa,” tambah Iren.
Di tengah gempuran hidangan modern, ketupat berbentuk burung karya Iren menjadi bukti bahwa kearifan lokal dan kreativitas generasi muda mampu bersinergi menghidupkan momen spesial seperti Idul Fitri.
Sebuah pesan bahwa tradisi tak harus kaku, tetapi bisa terus berkembang dengan semangat kebaruan.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H – Minal Aidin wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin.
Penulis : Ivantri Gustianda
Halaman : 1 2