Era kejayaan pertama Arsenal datang di bawah asuhan pelatih legendaris Herbert Chapman pada 1925. Chapman dikenal sebagai inovator strategi dan manajemen sepak bola modern.
Ia memperkenalkan formasi WM, melibatkan fisioterapis dalam latihan, dan bahkan mengganti warna jersey agar lebih kontras terlihat di lapangan.
Di bawah kepemimpinan Chapman, Arsenal meraih gelar Liga Inggris pertamanya pada 1930/31 dan mendominasi dekade 1930-an dengan lima gelar liga dan dua Piala FA.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Chapman juga berjasa dalam membangun infrastruktur klub, termasuk memasang lampu sorot untuk pertandingan malam dan mencetuskan ide pembangunan stasiun kereta bawah tanah bernama Arsenal—satu-satunya stasiun di London yang dinamai sesuai klub sepak bola.
Masa Perang dan Transisi
Perang Dunia II menghentikan sementara sepak bola Inggris. Arsenal seperti banyak klub lain kehilangan banyak pemain karena ikut wajib militer.
Setelah perang usai, klub kembali meraih sejumlah kesuksesan di tahun 1940-an dan 1950-an, meski tidak setenar era Chapman.
Namun memasuki tahun 1960-an dan awal 1970-an, Arsenal kembali bersinar. Puncaknya adalah musim 1970/71 ketika mereka meraih double winner—menjuarai Liga Inggris dan Piala FA dalam satu musim.
Era Wenger: Revolusi Gaya Bermain dan Invincibles
Periode paling ikonik dalam sejarah modern Arsenal datang bersama manajer asal Prancis, Arsène Wenger, yang ditunjuk pada tahun 1996.
Wenger membawa filosofi permainan menyerang, efisien, dan berorientasi pada teknik. Ia juga mengubah pola latihan, nutrisi, dan gaya hidup pemain.
Di bawah Wenger, Arsenal menjuarai Liga Inggris tiga kali, termasuk musim 2003/04 yang legendaris, ketika mereka tidak terkalahkan sepanjang musim dan dijuluki The Invincibles. Prestasi ini belum pernah disamai klub lain dalam era Premier League.
Wenger juga membawa Arsenal ke final Liga Champions pada 2006 dan membina banyak pemain bintang seperti Thierry Henry, Dennis Bergkamp, Patrick Vieira, dan Cesc Fàbregas.
Pindah ke Emirates dan Era Pasca-Wenger
Pada 2006, Arsenal resmi meninggalkan stadion ikonik Highbury dan pindah ke stadion baru bernama Emirates Stadium, yang mampu menampung lebih dari 60.000 penonton.
Pembangunan stadion ini bertujuan memperkuat finansial klub dalam jangka panjang.
Namun, tantangan datang setelah itu. Terbatasnya dana transfer dan tekanan kompetisi membuat Arsenal kesulitan meraih gelar, meskipun tetap tampil konsisten di papan atas.
Wenger akhirnya mengundurkan diri pada 2018 setelah 22 tahun membesut klub.
Kini, Arsenal tengah memasuki era baru di bawah asuhan manajer muda Mikel Arteta.
Dengan filosofi bermain progresif dan regenerasi skuad, klub perlahan kembali ke jalur kejayaan, dibuktikan dengan gelar FA Cup pada 2020 dan penampilan kompetitif di Premier League.
Kesimpulan: Lebih dari Sekadar Klub Sepak Bola
Arsenal bukan hanya klub sepak bola; ia adalah institusi yang mewakili semangat kerja keras, inovasi, dan identitas kota London.
Dari akar pekerja pabrik di Woolwich hingga stadion megah di Emirates, Arsenal telah menempuh perjalanan panjang yang penuh warna.
Dengan warisan sejarah yang kaya dan masa depan yang menjanjikan, The Gunners tetap menjadi salah satu kekuatan paling disegani dalam dunia sepak bola.
Penulis : Redaksi
Halaman : 1 2