Sementara itu, Ketua Generasi Anak Melayu Kepri, Aryandi, secara terang-terangan mengajak masyarakat untuk bersikap kritis terhadap agenda reses Endipat Wijaya di Kepulauan Riau.
“Reses itu mandat rakyat. Kalau wakil rakyat tidak menjaga adab dan tutur, maka rakyat juga punya hak politik untuk menolak kehadirannya. Ini bentuk perlawanan konstitusional,” ujar Aryandi.
Menurutnya, penolakan reses bukan bentuk anarkisme, melainkan pesan politik bahwa masyarakat Kepri tidak bisa diwakili secara serampangan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketua Koordinator Aliansi Anak Melayu Kepulauan, Said Ahmad Syukri, menegaskan bahwa pernyataan Endipat Wijaya bertentangan dengan nilai dasar orang Melayu yang menjunjung tinggi empati dan solidaritas antarsesama.
“Melayu itu beradat, beradab, dan berperikemanusiaan. Kalau ada wakil rakyat yang ucapannya justru melukai saudara-saudara kita di Aceh, Sumut, dan Sumbar, maka itu jelas mencederai marwah Melayu Kepri,” tegas Said.
Gerakan Bersama Anak Kepri secara resmi mendesak Fraksi Partai Gerindra DPR RI untuk memerintahkan Endipat Wijaya menyampaikan permohonan maaf terbuka kepada masyarakat Kepulauan Riau.
Selain itu, DPP Partai Gerindra juga diminta menjatuhkan teguran keras sebagai bentuk disiplin internal partai.
Meski bersikap keras, Gerakan Bersama Anak Kepri menegaskan bahwa langkah ini bukan dilandasi kebencian personal, melainkan rasa tanggung jawab moral terhadap daerah.
“Kami tidak membenci Bang Endipat. Justru karena sayang kepada Kepri dan adat Melayu, maka kami bersuara. Diam berarti membiarkan marwah kami diinjak,” tutup Sholikin.
Penulis : Vatawari
Halaman : 1 2
















