Mandi Safar: Tradisi Melayu Penolak Bala, Menggali Makna, Sejarah, dan Warisan Budaya

Avatar photo

- Jurnalis

Rabu, 20 Agustus 2025 - 15:11 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peralatan mandi Safar di Kabupaten Lingga, Kepri | f. Diskominfo Lingga

Peralatan mandi Safar di Kabupaten Lingga, Kepri | f. Diskominfo Lingga

Simbolisme penting mencakup:

Menara Adat: terbentuk tunggal, berlapis tiga, melambangkan Tauhid, Iman-Islam-Ihsan .

Rakit/Pondasi (sulapa eppa): melambangkan empat unsur penciptaan manusia (tanah, api, angin, air) dan sikap dalam shalat .

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Daun Sawang (mangga): tempat menulis doa “salamun”; dipercaya menangkal bala dan penyakit.

Kain Putih: simbol kesucian dan menjaga doa agar tetap bersih, dipakai berbeda antara pria dan wanita.

Telur Rebus: jumlah ganjil dipilih karena Allah menyukai bilangan ganjil; dilempar kepada masyarakat oleh pemimpin sebagai simbol kasih sayang dan bekal kebaikan.

Baca Juga:  Rumah Warga Dusun Cukas Desa Tanjung Irat Roboh Dihantam Angin Badai Disertai Hujan Deras

Payung: lambang perlindungan pemimpin kepada rakyat dan kesetiaan mereka.

4. Kontroversi Syariat dan Adaptasi Sosial

Secara hukum Islam, tidak ada kewajiban agama (wajib/sunnah) untuk melakukan mandi pada bulan Safar. Tradisi ini masuk kategori mubah (boleh), selama tidak mengandung unsur syirik.

Fatwa dan hadis sahih menegaskan bahwa tidak ada kesialan di bulan Safar, sehingga usaha mandi Safar sebagai ikhtiar tolak bala diperbolehkan, bukan karena bulan itu memang membawa malapetaka.

Baca Juga:  Dekranasda Lingga Mantapkan Langkah: Konsisten Hadir untuk Kemajuan Kerajinan Daerah

Kesimpulan

Mandi Safar adalah ritual budaya tak wajib dalam Islam, yang berkembang dari kombinasi spiritual dan tradisi lokal Melayu.

Ia memperkaya identitas komunitas, menyatukan agama, budaya, dan simbol dalam ritual kolektif.

Meskipun menghadapi kritik religius, pandangan kontemporer menempatkannya sebagai bagian warisan budaya yang sah sepanjang tidak menyimpang dari syariat.

Penulis : Redaksi

Sumber Berita : Wikipedia, Kompasiana, Ejournal UIN

Follow WhatsApp Channel ihand.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Sekda Lingga H. Armia Ikuti Senam Sehat dan Sambut Pawai Pendidikan Hari Guru Nasional 2025
Sekda Armia Resmi Tutup Seluruh Rangkaian Peringatan Hari Jadi Kabupaten Lingga 2025
Turnamen Mini Soccer Desa Sekanah Resmi Dibuka: Ketua DPRD Maya Sari Tekankan Pembinaan Atlet Muda dan Persatuan Warga
Perhelatan Kenduri Silat Alam Melayu Warnai Hari Jadi Lingga ke-22: Momentum Menyatukan Jati Diri Budaya Melayu
Wabup Lingga Hadiri “Sembang Stunting” di Posek: Perkuat Kolaborasi Tekan Angka Stunting 2025
Pentas Seni PGRI Meriahkan Malam Hiburan Hari Jadi Kabupaten Lingga ke-22
LMG Sampaikan Ucapan Selamat Hari Jadi Kabupaten Lingga ke-22: Dua Dekade Lebih Menjunjung Budaya dan Membangun Negeri
Asisten Ekonomi Setda Lingga Hadiri Rapat Evaluasi BUMD: Dorong Tata Kelola dan Kontribusi Daerah Lebih Baik
Berita ini 19 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 23 November 2025 - 15:00 WIB

Sekda Lingga H. Armia Ikuti Senam Sehat dan Sambut Pawai Pendidikan Hari Guru Nasional 2025

Minggu, 23 November 2025 - 14:40 WIB

Sekda Armia Resmi Tutup Seluruh Rangkaian Peringatan Hari Jadi Kabupaten Lingga 2025

Sabtu, 22 November 2025 - 18:42 WIB

Turnamen Mini Soccer Desa Sekanah Resmi Dibuka: Ketua DPRD Maya Sari Tekankan Pembinaan Atlet Muda dan Persatuan Warga

Sabtu, 22 November 2025 - 18:19 WIB

Perhelatan Kenduri Silat Alam Melayu Warnai Hari Jadi Lingga ke-22: Momentum Menyatukan Jati Diri Budaya Melayu

Sabtu, 22 November 2025 - 18:02 WIB

Wabup Lingga Hadiri “Sembang Stunting” di Posek: Perkuat Kolaborasi Tekan Angka Stunting 2025

Berita Terbaru