Simbolisme penting mencakup:
Menara Adat: terbentuk tunggal, berlapis tiga, melambangkan Tauhid, Iman-Islam-Ihsan .
Rakit/Pondasi (sulapa eppa): melambangkan empat unsur penciptaan manusia (tanah, api, angin, air) dan sikap dalam shalat .
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Daun Sawang (mangga): tempat menulis doa “salamun”; dipercaya menangkal bala dan penyakit.
Kain Putih: simbol kesucian dan menjaga doa agar tetap bersih, dipakai berbeda antara pria dan wanita.
Telur Rebus: jumlah ganjil dipilih karena Allah menyukai bilangan ganjil; dilempar kepada masyarakat oleh pemimpin sebagai simbol kasih sayang dan bekal kebaikan.
Payung: lambang perlindungan pemimpin kepada rakyat dan kesetiaan mereka.
4. Kontroversi Syariat dan Adaptasi Sosial
Secara hukum Islam, tidak ada kewajiban agama (wajib/sunnah) untuk melakukan mandi pada bulan Safar. Tradisi ini masuk kategori mubah (boleh), selama tidak mengandung unsur syirik.
Fatwa dan hadis sahih menegaskan bahwa tidak ada kesialan di bulan Safar, sehingga usaha mandi Safar sebagai ikhtiar tolak bala diperbolehkan, bukan karena bulan itu memang membawa malapetaka.
Kesimpulan
Mandi Safar adalah ritual budaya tak wajib dalam Islam, yang berkembang dari kombinasi spiritual dan tradisi lokal Melayu.
Ia memperkaya identitas komunitas, menyatukan agama, budaya, dan simbol dalam ritual kolektif.
Meskipun menghadapi kritik religius, pandangan kontemporer menempatkannya sebagai bagian warisan budaya yang sah sepanjang tidak menyimpang dari syariat.
Penulis : Redaksi
Sumber Berita : Wikipedia, Kompasiana, Ejournal UIN
Halaman : 1 2