Jum'at Berkah: Memetik Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW di Tengah Suhu Politik yang Meningkat - ihand.id | Informasi Harian Andalan Indonesia    

Jum’at Berkah: Memetik Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW di Tengah Suhu Politik yang Meningkat

 Jum’at Berkah: Memetik Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW di Tengah Suhu Politik yang Meningkat

Ihandpedia : Di tengah meningkatnya suhu politik di Indonesia, sebagian besar umat Islam tetap fokus dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Meski hiruk-pikuk politik kian memanas, tradisi memperingati kelahiran Rasulullah di bulan Rabiul Awal tetap semarak. Tidak hanya di masjid dan musholla, tetapi juga di rumah-rumah warga, umat berbondong-bondong menghadiri peringatan ini.

Ribuan jamaah menghadiri ceramah yang disampaikan oleh para ustaz dan dai yang memberikan nasihat serta hikmah dari ajaran Nabi Muhammad SAW. Terlepas dari perdebatan seputar bid’ah atau tidaknya, semangat memperingati Maulid Nabi telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam di negeri ini.

Baca Juga:  Jumat Berkah: Menelusuri Berbagai Keutamaan Membaca Al-Qur'an Setiap Hari

Yang paling penting dari peringatan Maulid Nabi bukanlah sekadar acara yang meriah, tetapi bagaimana kita mampu memetik hikmah dan meneladani Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari. Setiap umat Islam harus mampu menjadikan peringatan ini sebagai momentum introspeksi dan perbaikan diri, sehingga ajaran Nabi Muhammad SAW benar-benar diaplikasikan dalam setiap aspek kehidupan.

 

Iman Kepada Rasulullah Muhammad SAW

Mengimani Rasulullah SAW adalah bagian tak terpisahkan dari iman kepada Allah SWT. Ini sudah menjadi konsekuensi logis dari ajaran Islam yang tercermin dalam dua kalimat syahadat: asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah.

Tanpa iman kepada Rasulullah, iman kepada Allah menjadi tidak sempurna. Karena itu, umat Islam sangat menolak aliran-aliran yang menodai ajaran Nabi, seperti Ahmadiyah dan Inkarussunnah, yang tidak mengakui Muhammad SAW sebagai nabi terakhir.

Dalam Al-Quran Surat Al-Ahzab ayat 40, jelas dinyatakan bahwa Muhammad SAW adalah khataman nabiyyin, Nabi terakhir. Oleh karena itu, umat Islam harus menjaga kehormatan Nabi dan tidak membiarkan siapa pun melecehkan ajarannya. Ini bukan hanya soal keyakinan, tapi juga wujud kecintaan kepada Rasulullah SAW.

 

Cinta Kepada Nabi Muhammad SAW

Mencintai Rasulullah SAW bukanlah hal yang bisa disangkal. Cinta kepada beliau adalah dengan memperbanyak salawat dan terus menyebut-nyebut namanya dalam setiap kesempatan.

Dalam kehidupan ini, seorang Muslim yang benar-benar mencintai Nabi SAW harus selalu bersalawat dan mengingat ajarannya. Tidak hanya sekadar di bibir, tetapi juga dalam tindakan sehari-hari.

Rasulullah SAW adalah sosok yang penuh kasih sayang, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran Surat Al-Taubah ayat 128. Kasih sayang Nabi tidak hanya untuk umatnya yang hidup di zamannya, tetapi juga sampai kepada kita saat ini.

Sebagai umatnya, kita diajarkan untuk meneladani sifat beliau yang lembut, penyayang, dan peduli kepada orang-orang beriman.

Baca Juga:  Jumat Berkah: Menelusuri Berbagai Keutamaan Membaca Al-Qur'an Setiap Hari
Meneladani Nabi Muhammad SAW

Rasulullah SAW adalah contoh sempurna dalam segala aspek kehidupan, mulai dari politik, ekonomi, pendidikan, hingga kehidupan keluarga. Sebagai seorang pemimpin, beliau adalah orang yang sangat peduli dengan rakyatnya.

Meskipun beliau bisa hidup mewah, namun beliau lebih memilih hidup sederhana dan mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. Beliau adalah pemimpin yang adil, jujur, dan terpercaya.

Dalam kehidupan pribadi, Rasulullah SAW adalah seorang suami dan ayah yang penuh kasih sayang. Ia memperlakukan istri-istrinya dengan lembut, dan selalu mengedepankan kewajiban sebelum hak. Anak-anaknya pun selalu diperlakukan dengan hangat dan penuh perhatian.

Harmonisnya keluarga Rasulullah SAW menjadi teladan bagi kita semua dalam membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Sebagai pedagang, Nabi Muhammad SAW dikenal dengan kejujurannya. Tak pernah sekali pun beliau menipu atau curang dalam berdagang, sehingga beliau mendapat gelar al-amin, yang berarti orang yang terpercaya.

Kecintaan dan penghormatan umat terhadap Nabi Muhammad SAW adalah bukti bahwa kejujuran dan integritasnya tidak hanya diakui oleh umat Islam, tetapi juga oleh kawan dan lawan.

Baca Juga:  Jum'at Berkah: Polres Lingga Beri Bantuan kepada Anak yang Dipasung di Dabo Lama
Refleksi dan Introspeksi di Bulan Maulid

Di bulan Maulid ini, saatnya kita merenung dan introspeksi diri. Sudahkah kita meneladani sifat-sifat Rasulullah SAW dalam kehidupan kita sehari-hari? Sudahkah kita menjadi pribadi yang jujur, adil, dan penuh kasih sayang? Apakah kita sudah menjalankan profesi kita dengan amanah, baik sebagai pedagang, pemimpin, atau pejabat?

Dalam dunia politik, yang sering kali diwarnai dengan intrik dan persaingan, sudahkah para politikus meneladani kesantunan dan etika Nabi Muhammad SAW? Sudahkah mereka menjalankan politik yang bermartabat dan beradab, demi kepentingan rakyat dan bukan kepentingan pribadi atau golongan?

 

Menjadikan Nabi Muhammad SAW Sebagai Teladan

Momentum Maulid Nabi Muhammad SAW adalah saat yang tepat untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Meneladani Rasulullah SAW dalam segala aspek kehidupan adalah jalan menuju keberkahan dan kebahagiaan.

Jangan menunda perubahan ini, karena kita tidak tahu kapan Allah SWT akan mencabut nyawa kita. Mari kita jadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri teladan utama kita, dan semoga dengan demikian, kita mendapatkan syafaat beliau di hari kiamat nanti.

Allahumma Shalli ala Muhammad. Wallahu A’lam.(red)

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *