Ia menuding bahwa janji pembangunan sering kali hanya dijadikan alat pencitraan menjelang pemilihan umum, sementara rakyat di pelosok terus menanggung akibatnya.
“Jangan lagi berdalih soal anggaran. Untuk proyek mercusuar yang tidak menyentuh rakyat kecil, dana selalu ada. Yang tidak ada hanyalah kemauan politik yang sungguh-sungguh untuk memihak desa tertinggal,” tegasnya.
Fatur juga mengungkapkan bahwa di Desa Persiapan Pasir Lulun, beberapa tiang listrik memang sudah berdiri. Namun, hingga kini arus listrik belum pernah mengalir, seperti semangat pejabat yang dianggapnya mulai redup dan kehilangan arah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami menuntut Pemerintah Daerah Lingga, khususnya Bupati, untuk berhenti beretorika dan mulai bekerja. Rakyat tidak butuh pidato manis di forum seremonial. Mereka butuh bukti nyata, bukan janji yang hanya menyala di panggung kampanye,” ujarnya lagi.
Mahasiswa Lingga tersebut menegaskan bahwa jika pemerintah daerah terus menutup mata dan telinga terhadap keluhan rakyatnya, maka gelombang kritik akan semakin membesar.
“Bagi kami, kegelapan yang dibiarkan adalah bentuk kezaliman. Dan setiap kezaliman harus dilawan dengan kata, dengan aksi, dan dengan keberanian moral,” pungkas Fatur dengan nada tegas.
Kritik tajam dari kalangan mahasiswa ini mencerminkan kekecewaan mendalam masyarakat terhadap janji pembangunan yang belum juga terealisasi.
Hingga kini, masyarakat Pasir Lulun masih menanti terang listrik yang dijanjikan, sembari berharap agar pemerintah daerah benar-benar “bangkit” dan tidak lagi memadamkan harapan rakyat di tengah kegelapan.
Penulis : Ivantri Gustianda
Halaman : 1 2